Selamat Datang di Nagari Canduang Koto Laweh
  • pemandangan 1
  • pemandangan 2
  • pemandangan 3

Selasa, 09 Februari 2010

006


SEJARAH BERDIRINYA NAGARI CANDUANG KOTO LAWEH

Asal Usul Nagari Bermula dari asal nagari “Taratak majadi dusun, Dusun manjadi koto,Koto manjadi Kampuang, maka awal nagari Canduang Koto Laweh berasal dari sepuluh buah kampuang yaitu : XII Kampuang, Guguak Katiak, Gantiang, Labuang, Jabur, Luabuak Aur, Batu Balantai, III Kampuang, Tigo Suku, Canduang Ateh. Disamping tiu ada beberapa kampung kecil seperti Kacawali, Batu Tagak Puti Ramuh, Sandaran, Ganggo, Kuruak-kuruak, Limo Kaum, Tiaka, Tandikia, Koto Ambalau, Koto Kubang, Ladang Laweh, Pauh Tigo, Rawang, Kubang Putih dan Kapalo Baringin.
Penduduk yang pertama kali berasal dari Sariak Sungai Puar, Balai Gurah, Sungai Puar, Tilatang Kamang, Lambah Panampuang, Kapau, Tabek Patah, Sumanik, Suliki, Talang Tangah, Lasi dsb. Buktinya adalah apabila orang di Canduang Koto Laweh berhelat Adat maka penghulu- penghulu dari nagari-nagari ditas diundang(kulansing lapeh, padek tibo) dan jika penghulu tersebut tidak hadir maka acara dapat dilanjutkan dengan sempurna.

Nagari Canduang Koto Laweh menurut Syara

Canduang Koto Laweh sebelum menjadi Nagari terlebih dahulu orang-orang yang terlebih dahulu bergabung dalam Tigo Koto- duo baleh hindu dan 32 paruik membangun Balai Mesjid dan persyaratan-persyaratan lain seperti balabuah batapian-bapandam bapakuburan, untuk menjalankan Syariat Islam (Syara') di bangun sebuah Mesjid lengkap dengan balai-balai. Mesjid yang pertama dibangun adalah Mesjid Sebuah Balai. Panghulu-panghulu tiap Kepala Paruik, memberikan dukungan pembangunan Masjid dan Balai Adat dengan dengan menyediakn bahan dan bergotong royong. Balai Adat ini digunakan sebagai tempat untuk mengadakan sidang penghulu-penghulu dan musyawarah menyusun peraturan- peraturan Nagari. Di Balai ini segala aturan-aturan, usulan-usulan yang baru dipatri putuskan, sehingga balai ini diberi nama Balai Patimah (Pematri Segala Keputusan) dan tempatnya dinamakan Sidang Sebuah Balai.

Ruang mesjid ini memiliki 20 ruangan dan 32 tiang yang melambangkan 32 Paruik. Mesjid ini dihuni oleh seorang tuan/penghuni yang disebut Tuanku Sidang, yang memiliki tanggung jawab untuk mengisi, menjaga, dan memperbaiki mesjid ini dengan Syariat Islam. Karna Masjid ini terbakar, masyarakat mengganti mesjid ini dengan mesjid yang baru namun tetap bernama Sidang Sebuah Balai. Penduduk yang mewakili mesjid itu adalah : Kelompok Lubuk Aur, Kelompok Batu Balantai, Kelompok Gantiang, Kelompok Koto Tuo.
Untuk Kesempurnaan Masjid dan Sidang ini diangkat pula tuanku sidang Masjid ini dari tiap-tiap kelompok, seperti Tuanku 4 Lubuk aur, Tuanku 4 Batu Balantai, Tuanku 4 Gantiang, Tunaku 4 Koto Tuo.










Comments :

0 komentar to “006”